Diberdayakan oleh Blogger.

artikel tentang pendidikan artikel baru



TUGAS INDIVIDU
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Diajukan untuk memenuhi nilai mata kuliah IPS
Dosen pengampu :
Umi Najikhah Fikriyati, M.A



Disusun Oleh :
Nama               :         Khafid Alwi                       
NIM                 :         40213111
                                   Prodi / Sem      :          PGSD 3 / 2

                          
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP ISLAM BUMIAYU
2014
Meningkatkan Kesadaran Pendidikan Masyarakat Glempang
Untuk Menciptakan Kesejahterahan Sosial
Khafid Alwi
Mahasiswa STKIP Islam Bumiayu
Abstract
Tulisan ini mengemukakan tentang tingkat kesadaran pendidikan masyarakat desaku yang masih rendah. Glempang merupakan salah satu desa di kecamatan Maos Kabupaten Cilacap yang mayoritas warganya berprofesi sebagai petani. Kesadaran yang rendah akan pendidikan ini disebabkan oleh pendapatan keluarga sebagian besar masyarakat desaku adalah bertani. Kebutuhan hidup yang terus meningkat memaksa mereka mencurahkan waktunya hanya untuk bekerja mencari nafkah dan mengabaikan pendidikan anak-anaknya. Hal ini menghambat kemajuan desa. Pola hidup masyarakat desa itu sendiri menjadi sangat monoton. 75 persen penduduk desa Glempang hanya lulusan pendidikan menengah. Oleh karena itu, diperlukan pemberdayaan yang dilakukan pemerintah demi mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat desa glempang. Pemerintah disarankan untuk  memberikan subsidi berupa pemerataan pendidikan bagi masyarakat desa yang kurang mampu.
Kata kunci : kesadaran pendidikan, pendapatan keluarga, kesejahteraan sosial.
Pendahuluan.
Glempang merupakan salah satu desa di kecamatan Maos Kabupaten Cilacap yang sebagian warganya berprofesi sebagai petani. Kesadaran yang rendah akan pendidikan ini disebabkan oleh pendapatan keluarga sebagian besar masyarakat desaku adalah bertani. Masyarakat desa glempang sebagian besar hanya bersekolah hanya sampai SMK/SMA. Kebanyakan para orang tua menyekolahkan anaknya ke SMK karna selepas lulus dari SMK diharapkan anaknya dapat dengan mudah mendaftar kerja ke pabrik-pabrik maupun perusahaan-perusahaan di kota. Dan sebagian yang bersekolah di SMA/MA yang tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi bekerja di swalayan seperti alfamart dll.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, tulisan ini akan mencoba menguraikan mengapa di desa Glempang sebagian besar masyarakatnya hanya mengenyam pendidikan menengah.
Rendahnya Tingkat Kesadaran Masyarakat Desa Glempang Akan Pendidikan
Untuk menjelaskan realitas yang terjadi dalam Masyarakat desa glempang, penulis akan mencoba menguraikan pemahaman masyarakat desa glempang terhadap pentingnya pendidikan menurut merekan dan alasan-alasannya.
Masyarakat desa Glempang berpandangan bahwa pendidikan bukan hal yang penting bagi kehidupan mereka. Bisa bertahan hidup hingga saat ini saja merupakan hal yang patut disyukuri. Menurut Winengan (2007), kesadaran masyarakat pedesaan yang rendah akan pendidikan disebabkan oleh biaya pendidikan yang sangat tinggi dan tidak terjangkau oleh mereka. Jangankan untuk membayar uang sekolah, membeli peralatan sekolah yang layak pakai saja membutuhkan biaya yang cukup banyak bagi masyarakat pedesaan. Selain peralatan sekolah berupa alat tulis dan buku, seragam sekolah yang digunakan untuk sekolah pun pasti membutuhkan banyak uang. Belum lagi tas, topi sekolah, dan sepatu yang merupakan barang-barang yang dibutuhkan untuk pergi ke sekolah. Masyarakat pedesaan menganggap diri mereka tidak mampu untuk mengenyam pendidikan karena mereka tidak memiliki biaya yang cukup. Mereka butuh fasilitator yang dapat menolong mereka dalam usaha pemerataan pendidikan yang tidak mengeluarkan banyak biaya. Untuk mengetahui pemahaman tersebut penulis melakukan wawancara terhadap beberapa warga desa Glempang.
Dari hasil wawancara dengan beberapa orang[1] (6, juli 2014) penulis mendapatkan gambaran tentang pembacaan dan pemahaman masyarakat desa Glempang tentang pendidikan. Bagi masyarakat desa Glempang pendidikan tidak bisa memberikan sebuah garansi bagi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan. Menurut mereka kuliah hanya untuk masyarakat kalangan menengah atas, dari pada membiayai kuliah lebih baik buat kebutuhan sehari-hari. Lagipula jika anak sudah bekerja di harapkan dapat membantu meringankan beban keluarga.
____________________________
[1] Wawancara dengan Bapak maslim dan Bapak yanto Keduannya petani yang anak-anaknya menempuh pendidikan sampai tingkat menengah
Pemahaman dan pembacaan tersebut tidak hanya ada dalam pemikiran orang tua yang memiliki anak, akan tetapi juga ada dalam pemikiran generasi mudanya. Hasil wawancara dengan Dion W (6, Juli  2014) misalnya, mengungkapkan bahwa bagi dirinya sekolah cukup hanya sampai SMK dia beranggapan selesai SMK Dia akan bekerja dan membantu ke dua orang tuanya, sehingga bagi Dion sampai tingkat menengah atas saja sudah cukup tidak  perlu melanjutkan ke perguruan tinggi Selain Dion, remaja lainnya (Toto)  juga memiliki pandangan yang sama, bagi mereka melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi hanya menghabiskan waktu saja, setelah mereka lulus mereka tetap akan kebingunagan harus mencari pekerjaan, berbeda ketika dari awal mereka sekolah di SMK/SMA mereka dapat leluasa mencari kerja di pabrik-pabrik ataupun di perusahaan dan gajih/honor mereka dapat membantu beban orang tua atau merintis usaha sendiri untuk bekal di hari tua.
Berdasarkan wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pendidikan di desa Glempang adalah karena masyarakat memandang pendidikan dari sisi untung dan rugi. Berdasarkan pengalaman orang-orang yang berada disekitar mereka mereka mengkostruksikan bahwa pendidikan tinggi lebih banyak membawa kerugian daripada keuntungan.
Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Pada Masyarakat  
Menurut Adi (2003), manusia dapat melakukan apapun untuk meningkatkan kelayakan hidupnya. Layak yang disebut disini meliputi aspek ekonomi, fisik, sosial, mental, dan segi kehidupan spiritual yang selanjutnya disebut sebagai kesejahteraan sosial secara umum. Saat manusia sudah merasakan kecukupan pada aspek-aspek tersebut, manusia itu sudah dapat dikatakan sejahtera. Kesejahteraan sosial yang dianggap penting dalam setiap unsur kehidupan manusia ini dapat diperoleh dengan usaha-usaha manusia itu sendiri.
Melihat pendapat lain tentang definisi kesejahteraan sosial yang lebih khusus dan formal, Suharto (2005) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai berikut :
“Kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.” (Suharto 2005 : 1)
Namun, dari kedua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh individu, kelompok, dan masyarakat yang bertujuan untuk menyelesaikan segala bentuk permasalahan sosial dan meningkatkan taraf hidup manusia yang memperjuangkannya. Terdapat tiga konsep menurut Suharto (2005) yang mendasari kesejahteraan sosial, antara lain : 1) Kondisi atau keadaan manusia itu dalam aspek jasmaniah, rohaniah, dan sosial. 2) Tempat dan lembaga-lembaga kemanusiaan yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial. 3) Kegiatan atau usaha-usaha sosial yang dilakukan untuk mewujudkan kondisi sejahtera.
Usaha-usaha sosial yang dapat dilakukan oleh manusia untuk memperoleh kesejahteraan sosial dapat berupa pendidikan. Ali (2009) juga berpendapat bahwa masyarakat sangat membutuhkan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan yang ada pada diri mereka masing-masing agar dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Pemberdayaan pada masyarakat pedesaan diperlukan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial yang dapat memajukan desa. Pemberdayaan pada dasarnya menempatkan masyarakat sebagai pusat perhatian sekaligus pelaku utama pembangunan. Masyarakat bertindak bukan sebagai objek pembangunan, melainkan sebagai subjek pembangunan. Dalam konteks ini, masyarakat pedesaan berpartisipasi sepenuhnya dalam menentukan keberhasilan pembangunan desa.
Bernadus (2007) mengemukakan bahwa “Kerangka pikir dalam proses pemberdayaan setidaknya mengandung tiga tujuan penting yakni, pertama menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, kedua memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat atau kelompok yang akan diberdayakan, misalnya melalui peningkatan taraf pendidikan ( membekali masyarakat kearah berpikir rasional dan prestatif ), peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan akses terhadap sumber-sumber kemajuan dan ketiga, upaya melindungi, ( mencegah ) terjadinya persaingan yang tidak seimbang, menciptakan keadilan serta menciptakan kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju dengan yang belum berkembang.” (Bernadus 2007)
Masyarakat yang sudah memiliki kesadaran akan pendidikan tidak akan diperlakukan secara semena-mena oleh pihak yang tidak bertanggung jawab di luar sana. Mereka akan membentuk pola hidup yang lebih baik nantinya, demi menciptakan regenerasi yang memiliki produktivitas kerja yang berkualitas. Salah satu bentuk pemberdayaan yang dapat diupayakan antara lain adalah tiga strategi yang telah dijelaskan oleh Bernadus (2007) di atas.
Kesimpulan
Sebagian besar masyarakat di pedesaan belum mendapatkan pendidikan yang cukup memadai untuk memajukan desa mereka. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesadaran mereka akan pendidikan yang terbilang masih rendah. Mereka masih berpandangan bahwa pendidikan bukanlah segalanya. Mereka juga tidak mempunyai antusias yang tinggi dalam memperoleh pendidikan.
Ternyata, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan biaya untuk memperoleh pendidikan itu sendiri. Selain itu, perhatian dari pemerintah terlihat masih kurang dalam memenuhi kebutuhan mereka. Banyak dari masyarakat pedesaan yang merasa desanya belum ada kemajuan walaupun pemerintah sudah melakukan ‘kunjungan’ ke desa mereka. Mereka membutuhkan bantuan yang nyata dari pemerintah itu sendiri untuk memajukan desa mereka.
Hal yang bisa dilakukan pemerintah sebagai pemberdayaan masyarakat pedesaan salah satunya adalah menempatkan masyarakat pedesaan sebagai subjek pembangunan, bukan hanya sebagai objek pembangunan. Hal ini dapat membuat masyarakat pedesaan  merasa penting dan berkewajiban untuk berperan sepenuhnya dalam pembangunan desa mereka. Pemberian subsidi berupa beasiswa pun dapat menolong mereka untuk memperoleh pendidikan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan ini dapat mewujudkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat pedesaan sekaligus memajukan pembangunan desa mereka.












DAFTAR PUSTAKA
Adi IR.2003.Pemberdayaan, pengembangan masyarakat dan intervensi komunitas.Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ali M. 2009. Pendidikan untuk pembangunan nasional: Menuju bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
Bernadus T.2007. Pemberdayaan Masyarakat Desa Bulu Cina, Deli Serdang.[Internet].[dikutip 1 Januari 2011].Dapat diunduh dari: http://fasilitator-masyarakat.org/pemberdayaan-masyarakat-desa-bulu-cina-deli-serdang/
Farisi MI.[tidak ada tahun]. Pembangunan pendidikan bagi masyarakat petani tradisional di kabupaten Pamekasan [Internet].[dikutip 08 Januari 2011].Dapat diunduh dari: http://lppm.ut.ac.id/jp/32imam.html
Sudiana IK.(19 Februari 2007).Lakukan gebrakan wajib belajar 12 tahun.Balipost;hal 03.[Internet].Dapat diunduh dari: http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/2/19/o3.htm
Suharto E.2005.Membangun masyarakat memberdayakan rakyat (kajian strategis   pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial).Bandung:PT Rafika Aditama.Hlm 1.
Wawancara
Wawancara dengan bapak Maslim pada 6 Juli 2014 pukul 16. 00
Wawancara dengan bapak Yanto pada 6 Juli 2014 jam 16. 00
Wawancara dengan Dion pada 6 Juli 2014 pukul 20. 00
Wawancara dengan Toto  pada 6 Juli 2014 pukul 20. 00




- Copyright © artikel pendidikan terbaru - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -